Ikan Asli Indonesia Riwayatmu Kini
Indonesia
yang dijuluki dengan Negara tropis pastinya memiliki banyak keanekaraman hayati
terutama jenis ikan. Ribuan julah ikan yang dimiliki contohnya ikan lele,
gurami, gabus, sidat dll. Tapi entah kenapa kalau orang cari ikan air tawar
pasti yang dicari kebanyakan lele, nila, patin dan mujair. Tapi anda tahu itu
semua bukan ikan asli Indonesia. Semua pendatang, kenapa lele termasuk? Karena
lele yang beredar bukan lele lokal tapi lele dumbo dan untuk patin juga patim
siam(Thailand). Tidak muncul ikan air
tawar Indonesia yang menjadi peringkat yang diperhitungkan di pasaran,
berbanding terbalik dengan jumlah spesies yang ada.
Minimnya
kepedulian untuk membudidayakan ikan daerah bukan tanpa alasan yang dilakukan oleh
para pembudidaya. Profit dari sebuah usaha adalah kunci pertama. Apabila
keuntungan yang tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan pembudidaya maka
mereka berkemungkinan besar untuk gulung tikar. Kebanyakan ikan asli memiliki
waktu tumbuh yang lama dan kadang memiliki racun yang menyakitkan jika terkena
manusia bahkan mampu merusak kolam dengan patilnya (lele lokal).
Masalah
kualitas adalah bagian terpenting dalam mendorong pembudidaya untuk mengisi
kolamnya dengan ikan lokal. Strain unggul yang selama ini kita lihat pada ikan “impor”
(ikan pendatang yang terkenal sekarang-red) selalu diteliti untuk meningkatkan
kualitas seperti dilansir dari kompas.com tanggal 25 juli 2015, bahwa
pemirintah menggelontorkan milyaran rupiah untuk mendapatkan strain unggul ikan
nila, tak heran banyak jenis nila mulai dari nila merah, nila nirwana dan nila gesit. Itu semua bisa berlaku pada
ikan asli Indonesia kalau mau dana itu dialihfungsikan ke ikan asli.
Berita
yang menggembirakan dating dari Temanggung, Jawa Tengah seperti yang ada di
Antarajateng.com tanggal 10 Februari 2015 bahwa ikan uceng telah dikaji untuk
tujuan budidaya. Bukan tanpa sebab tapi karena permintaan uceng hasil tangkapan
yang cukup banyak sehingga perlu adanya penelitian. Jika penelitian ini juga berlaku
untuk spesies asli yang lain dan mampu memunculkan strain unggul dari ikan asli
bisa jadi ikan asli akan merebut gelar primadona ikan budidaya yang selama ini
masih dipegang oleh ikan “impor”.
Nasib
ikan asli yang merana tidak sebatas ikan untuk konsumsi tapi mencapai
kekawatiran akan kepunahannya sehingga membahayakan keanekaragaman hayati di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kerusakan
lingkungan (kekeringan parah, limbah dan lain-lain), kurangnya budidaya, dan
penangkapan terus menerus. Seperti ikan betutu sampai saat ini masih banyak
yang mengambil benih dari alam dalam proses pembudidayaan yang tentunya akan
mengancam kelestariannya. Selain itu pengenalan spesies baru pada suatu
perairan dapat pula menggeser posisi ikan asli.
Kedatangan
spesies baru dapat membahayakan spesies endemis jika tidak dikaji secara matang
karena beberapa ikan malah rakus di perairan baru sehingga mengurangi jumlah
pakan ikan asli. Disamping itu, ikan buas (ikan karnivor) yang dimasukkan dapat
memakan benih ikan asli. Berita dating dari Chicago, Amerika seperti yang
dikabarkan bbc Indonesia 18 Februari 2014 bahwa adanya Asian karp di danau
Michigan dan Sungai Missipi telah menyingkirkan dominasi ikan asli seperti
salmon. Sebagai langkah antisipasi ada rencana penutupan jalur kanal disana
tentunya akan membahayakan perkonomian
di Chicago karena akan mematikan aktivitas pariwisata dan lainnya. Cara yang
lebih sederhana telah dilaksanakan dengan penangkapan massal ikan ini kalau
bisa sampai punah dari Amerika. Di VOA Indonesia.com tanggal 31 Juli 2015 juga
dikabarkan ikan lepu yang aslinya di Samudra Hindia dan Pasifik merusak terumbu
karang di Samudra Atlantik dan dilakukan penangkapan untuk mengantisipasinya.
Antisipasi
kedatangan ikan invasif ini justru berkebalikan dengan Pemerintah Indonesia
seperti yang ditulis di kompas bahwa Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, serta sejumlah
pejabat di Papua menebarkan 1 juta benih nila dalam Festival Danau Sentani 2015
di Papua. Introduksi ikan asing dinilai mempersulit pemulihan populasi ikan
endemis Sentani. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti juga berencana
merestock ulang ikan kerapu dari daerah Thailand dan Brunei di Buleleng,
Bali seperti yang di tampilkan di mongabay.com tanggal 2 juli 2015. Selain itu
pelepasan ikan hias yang dilakukan oleh beberapa orang yang tidak diketahui
bisa membahayakan ekologi perairan seperti dicontohkan di Sungai Ciliwung
muncul ikan sapu-sapu yang membuat lubang di dasar sungai yang merusak
lingkungan.
Semua pihak
harusnya bijak dalam pengelolaan kelestarian ikan air tawar Indonesia. Jangan
sampai penempatan ikan pendatang pada suatu daerah justru mengubah
biodiversitas yang ada bahkan sampai punah. Penelitian lebih lanjut pada ikan
asli Indonesia tentunya diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan harga jual
ikan asli, sekaligus ketergantungan ikan “impor” menurun.
Baca:
1. KOMPAS -
Budidaya Ikan Endemis Belum Jadi Kepedulian
2. BBC Indonesia
- Chicago perangi ikan mas dan gurame
3. VOA Indonesia
– Ikan Lepu Ancam Karang Samudera Atlantik
4. Kompas - Ikan-ikan Pendatang yang
Telanjur Akrab
5. Tempo -
Invasi Sang Pendatang
6. Mongabay.co.id - KPC: Spesies Ikan Asli Sungai Ciliwung Hanya Tersisa Duapuluhan
Jenis Saja
7. Kompas - Prioritaskan Budidaya
Ikan Endemis
8. Antara Jateng
- Temanggung Kaji Budidaya Ikan Uceng
9. Tjiliwoeng - Invasi Green Terror di Ciliwung